Rabu, 25 Januari 2017

Sistem Saraf Pada Manusia

1.         Komponen Sistem Saraf 
           

           Sistem saraf manusia terdiri atas miliaran sel saraf (neuron) yang saling bersambungan membentuk jaringan komunikasi yang besar. Neuron memiliki bagian-bagian yang terdiri atas badan sel, dendrit (dendron), dan neurit (akson). 
a.   Badan sel terdiri atas inti sel (nukleus) dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria, badan golgi, lisosom, dan granula-granula nissl.
b.   Dendrit merupakan serabut pendek dari penjuluran badan sel yang berfungsi sebagai penghantar impuls saraf ke badan sel.
c.   Akson merupakan serabut panjang dari penjuluran badan sel yang berfungsi sebagai penghantar impuls saraf dari badan sel menuju ke neuron lain atau jaringan lainnya (Pujiyanto, 2015: 215-216)
               Pada mamalia, akson diselubungi oleh lapisan (selubung) mielin yang dibentuk oleh sel Schwann. Selubung mielin mengandung fosfolipid yang sangat banyak. Fungsi selubung mielin adalah melindungi akson, memberi makanan bagi akson, dan sebagai isolator elektris (Pujiyanto, 2015: 216).
         Pada bagian tertentu akson, terdapat daerah yang tidak terbungkus selubung mielin. Daerah tersebut dinamakan nodus Ranvier yang berfungsi mempercepat penghantaran rangsang (Pujiyanto, 2015: 217).  
   Berdasarkan fungsinya dalam membawa rangsang, sel saraf (neuron) dibedakan menjadi tiga macam, yaitu neuron sensorik, neuron motorik, dan neuron konektor.  
a.    Neuron sensorik berfungsi menghantarkan rangsangan dari reseptor (alat indera) menuju ke sistem saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Penerima rangsangan dinamakan reseptor, yaitu alat-alat indera. Dendrit pada neuron sensorik berhubungan dengan reseptor. Akson dari neuron sensorik berhubungan dengan neuron lain. 
b.     Neuron motorik berfungsi menghantarkan rangsangan dari sistem saraf pusat menuju ke efektor (otot atau kelenjar). Dendrit dan neuron motorik menerima rangsangan dari neuron lain, sedangkan akson atau neuritnya berhubungan dengan efektor.
c.     Neuron konektor yang disebut juga neuron penghubung terdapat di sumsum tulang belakang. Neuron penghubung berfungsi menghantarkan rangsangan dari neuron sensorik ke neuron motorik (Pujiyanto, 2015: 217-218).
Berdasarkan strukturnya, sel saraf (neuron) dibedakan menjadi sel saraf unipolar, sel saraf bipolar, dan sel saraf multipolar. 
a.        Sef saraf unipolar mempunyai satu neurit. 
b.        Sel saraf bipolar mempunyai dua neurit pada dua sisi yang berlawanan.
c.        Sel saraf multipolar mempunyai tiga atau lebih dendrit (Atmodjo, 2011: 185).
2.         Mekanisme Penghantaran Rangsang
Pesan atau informasi dihantarkan oleh saraf dalam bentuk rangsang saraf. Rangsang adalah pergerakan suatu potensial kerja (sinyal) di sepanjang akson suatu sel saraf. Mekanisme penghantaran rangsang terdiri atas dua macam, yaitu penghantaran rangsang melalui akson dan penghantaran rangsang melalui sinpasis.
a.        Penghantaran rangsang melalui akson
Penghantaran rangsang pada serabut saraf disebabkan oleh adanya perbedaan potensial listrik antara bagian dalam dan bagian luar membran akson. Perbedaan potensial listrik ditimbulkan oleh perbedaan muatan listrik pada dua sisi membran. Pada saat sel saraf beristirahat (tidak menghantarkan rangsang), bagian luar membran bermuatan positif sedangkan bagian dalam membran bermuatan negatif. Keadaan muatan listrik seperti itu dinamakan potensial istirahat, sedangkan membran akson dalam keadaan polarisasi (Pujiyanto, 2015: 218).
Adanya stimulus pada reseptor dapat menyebabkan terjadinya pembalikan muatan listrik untuk sementara waktu. Perubahan atau pembalikan muatan listrik ini disebut depolarisasi. Kecepatan penghantaran rangsang di sepanjang akson dipengaruhi oleh besar kecilnya diameter akson serta ada tidaknya selubung mielin (Pujiyanto, 2015: 218-219).

Sebagian besar sel saraf pada Vertebrata memiliki akson yang berselubung mielin. Dimana selubung mielin ini bertindak sebagai isolator (penghambat) rangsang pada membran akson. Pada akson bermielin, potensial kerja tidak dapat terbentuk karena membran akson tidak dapat distimulasi oleh aliran listrik. Namun, potensial kerja dapat terbentuk pada nodus Ranvier yang tidak berselubung mielin sehingga rangsang saraf atau potensial kerja “melompat” dari satu nodus Ranvier ke nodus Ranvier lainnya (Pujiyanto, 2015: 219).
b.    Penghantaran rangsang melalui sinapsis
            Datangnya rangsang pada ujung akson prasinapsis membuat vesikula sinapsis mendekat dan melebur dengan membran prasinapsis (membran ujung akson). Kemudian, vesikula sinapsis melepaskan neurotransmitter yang berupa asetilkolin dengan cara eksositisis ke celah sinapsis. Asetilkoloin selanjutnya berdifusi melalui celah sinapsis dan berikatan dengan protein reseptor pada membran pasca sinapsis (membran ujung dendrit sel saraf berikutnya). Ikatan antara asetilkolin dan protein reseptor tersebut akan menimbulkan rangsang pada sel saraf pasca sinapsis. Proses penghantaran rangsang tersebut memerlukan energi dalam bentuk ATP yang diperoleh dari mitokondria yang banyak terdapat di dalam bongkol sinapsis (Pujiyanto, 2015: 221).

3.        Pengelompokkan Sistem Saraf
       Menurut Atmodjo (2011:182), sistem saraf manusia dibedakan menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.       
a.        Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat merupakan organ yang terdapat di dalam rongga tengkorak dan canalis vetebralis, berfungsi sebagai pusat aktivitas saraf sensoris, saraf motoris dan saraf otonom. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang (Atmodjo, 2011: 188).
1)         Otak
Menurut Syaifuddin (2006: 275), Otak dilindungi oleh selaput otak (meninges), yang terdiri atas tiga lapisan, yaitu durameter, arakhnoid, dan piameter.
 a) Durameter (lapisan luar). Durameter adalah selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat
b)  Arakhnoid (lapisan tengah). Arakhnoid merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan piameter. Di dalamnya terdapat cairan serebrospinal. Cairan ini berupa cairan limfa yang mengisi sela-sela membran arakhnoid. Selaput arakhnoid berfungsi sebagai bantalan yang melindungi otak dari kerusakan mekanik.
c)   Piameter. Piameter merupakan lapisan tipis paling dalam yang terdapat pada permukaan jaringan otak. Lapisan ini penuh dengan pembuluh-pembuluh darah. Lapisan ini berfungsi memberikan suplai oksigen.
Menurut Syaifuddin (2006: 277), Otak dibagi menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang.
a)     Otak Depan       
Bagian utama dari otak depan (diensefalon) adalah otak besar (serebrum). Otak besar berfungsi untuk mengingat pengalaman yang lalu, pusat persarafan yang menangani aktivitas mental, akal, intelegensi, keinginan dan memori, serta pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil (Syaifuddin, 2006: 279).
Otak besar memiliki dua macam lapisan, yaitu lapisan luar (korteks) dan lapisan dalam (medulla). Lapisan luar otak terbentuk dari bahan atau substansi kelabu yang berisi badan sel. Lapisan dalam otak terbentuk dari substansi putih yang mengandung serabut-serabut saraf (dendrit dan akson) berselubung mielin.
Otak besar dibangun oleh dua belahan, yaitu belahan kanan yang mengatur bagian tubuh sebelah kiri, dan belahan kiri yang mengatur bagian tubuh sebelah kanan. Masing-masing belahan terbagi menjadi empat bidang yang disebut lobus. Keempat lobus itu adalah lobus frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis, dan lobus oksipitalis (Syaifuddin, 2006: 278).
Ø  Lobus frontalis bertugas memerintah gerakan otot sadar
Ø  Lobus parietalis bertugas menafsirkan impuls dari  kulit berupa sentuhan dan suhu. 
Ø  Lobus temporalis bertugas menafsirkan impuls dari hidung dan telinga. 
Ø  Lobus oksipitalis bertugas menganalisis masukan dari mata.
   b)      Otak Tengah
              Otak tengah (mesensefalon) pada manusia berukuran kecil dan tidak mencolok karena tidak mengalami perkembangan pesat seperti otak besar. Otak tengah terletak diantara otak besar dan otak kecil. Bagian terbesar otak tengah adalah lobus optikus yang berhubungan dengan gerak refleks mata. Otak tengah berfungsi membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata, memutar mata dan pusat pergerakan mata (Syaifuddin, 2006: 280).
c)        Otak Belakang
Otak belakang terbagi menjadi dua bagian, yaitu otak kecil (serebellum) dan sumsum lanjutan (medulla oblongata). Otak kecil terletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan serebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli dan di atas medulla oblongata. Otak kecil berfungsi untuk keseimbangan dan rangsangan pendengaran ke otak, sebagai penerima impuls dari reseptor sensasi umum medula spinalis dan nervus vagus, menerima impuls tentang gerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan dan mengatur gerakan sisi badan (Syaifuddin, 2006: 280-281).
              Otak kecil juga terdiri atas dua belahan, yaitu belahan kiri dan belahan kanan. Belahan kiri dan belahan kanan otak kecil dihubungkan dengan pons varoli. Pons varoli ini juga menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak kecil terdiri atas lapisan luar (korteks) yang berwama kelabu dan lapisan dalam yang berwarna putih (Syaifuddin, 2006: 280-281).
Sumsum lanjutan atau disebut juga sumsum penghubung (medula oblongata) yang terletak di depan otak kecil dan di bawah otak besar merupakan struktur penghubung otak dan sumsum tulang belakang. Bagian sumsum lanjutan yang menghubungkan otak dan sumsum tulang belakang disebut pons. Sumsum lanjutan berfungsi untuk mengontrol kerja jantung, mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriktor), sebagai pusat pernapasan, dan mengontrol kegiatan refleks (Syaifuddin, 2006: 280).
2)         Sumsum Tulang Belakang 
Sumsum tulang belakang disebut juga medula spinalis merupakan kelanjutan dari medula oblongata. Sumsum ini terletak memanjang di dalam ruas-ruas tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher hingga tulang pinggang kedua. Sumsum tulang belakang dilindungi oleh meninges. Bagian tengah sumsum tulang belakang berisi cairan serebrospinal (Pujiyanto, 2015: 227).
               Seperti halnya otak, sumsum tulang belakang mempunyai substansi kelabu dan substansi putih. Substansi kelabu terletak di bagian dalam, sedangkan substansi putih terletak di bagian luar. Substansi putih tersusun atas serabut saraf (dendrit dan akson) yang dilapisi mielin, sedangkan substansi kelabu banyak mengandung badan sel dan neuron penghubung. Sumsum tulang belakang berfungsi untuk mengatur gerak refleks, menghantarkan rangsang sensori dari resptor (alat-alat indera) ke otak, dan menghantarkan rangsang motor dari otak ke efektor (otot-otot alat gerak) (Pujiyanto, 2015: 227).
    b.  Sistem Saraf Tepi
Menurut Atmodjo (2011: 182), sistem saraf tepi terdiri atas saraf cranialis, saraf spinalis dan saraf otonom.
1)         Saraf Cranialis (Saraf Otak)
Saraf otak terdiri atas 12 pasang saraf dari otak menuju ke alat-alat indera, otot dan kelenjar. Saraf otak tersebut merupakan saraf sensorik, saraf motorik, atau saraf campuran. Pasangan saraf yang berupa saraf sensorik, antara lain berasal dari indera pencium menuju ke pusat saraf pencium, dan indera pendengar menuju ke pusat saraf pendengar, dan indera pengecap menuju ke pusat saraf pengecap di otak. Pasangan saraf yang berupa saraf motorik, antara lain yang menuju otot penggerak mata dan bawah lidah. Pasangan saraf yang lain bersifat campuran, artinya terdiri atas saraf motorik dan saraf sensorik, antara lain yang menuju wajah (Pujiyanto, 2015: 228-229).
2)         Saraf Spinalis (Saraf Sumsum Tulang Belakang)

Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang. Semua keluar dari sela-sela ruas tulang belakang dan berhubungan dengan bagian tubuh, antara lain kaki.  Semua saraf sumsum tulang belakang merupakan saraf campuran, yaitu terdiri atas saraf motorik dan saraf sensorik. Semua saraf sensorik masuk ke sumsum tulang belakang melalui akar dorsal dan semua saraf motorik keluar dan sumsum tulang belakang melalui akar ventral (Syaifuddin, 2006: 295).
3)         Saraf Otonom
Sistem saraf otonom berfungsi mengatur aktivitas organ tubuh yang tidak disadari. Menurut fungsinya susunan saraf otonom terdiri dari dua bagian, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Kedua sistem tersebut berasal dari otak dan sumsum tulang belakang, kemudian menuju ke efektor yang sama.
Sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis memiliki pengaruh kerja yang saling berlawanan (antagonis). Cara kerja saraf yang berlawanan seperti itu bertujuan agar proses di dalam tubuh berjalan dengan seimbang. Sebagai contoh dalam hal pengaturan jantung, saraf simpatik mempercepat denyut jantung, sedangkan saraf parasimpatik memperlambat denyut jantung. Dengan demikian, denyut jantung akan tetap normal. Efek antagonis pada dua sistem saraf itu merupakan akibat dari perbedaan transmiter kimia yang dihasilkan di ujung saraf. Ujung saraf serabut postganglion dari sistem saraf simpatik umumnya menyekresikan noradrenalin, sedangkan ujung saraf serabut postganglion dari sistem saraf parasimpatik umumnya mengeluarkan asetilkolin (Syaifuddin, 2006: 302-305).
4.         Gerak Refleks dan Gerak Biasa
Gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-tiba di luar kesadaran. Gerak refleks dimulai dari datangnya impuls saraf yang diterima oleh reseptor, rnisalnya kulit, kemudian disampaikan ke saraf sensorik. Impuls dan saraf sensorik terus bergerak menuju ke saraf penghubung yang terdapat di dalam sumsum tulang belakang. Selanjutnya, impuls saraf diteruskan ke saraf motorik yang akan menyampaikan perintah ke efektor, yaitu otot untuk melakukan gerak. Gerak yang terjadi secara refleks tidak kita sadari karena berlangsung tanpa melalui pengolahan informasi oleh otak. Gerak refleks merupakan tanggapan terhadap suatu rangsang atau impuls agar fungsi normal tubuh tetap terjaga (Syaifuddin, 2006: 291-292).
Proses terjadinya gerak biasa dimulai dari datangnya impuls saraf yang diterima oleh reseptor, yaitu indera. Pada indera terdapat ujung-ujung saraf sensorik yang menerima impuls saraf tersebut dan membawanya ke otak untuk diolah. Hasil pengolahannya berupa pesan atau perintah yang dikirimkan melalui saraf motorik ke efektor, yaitu otot atau kelenjar (Pujiyanto, 2015: 221).

Daftar Pustaka:
Atmodjo, W. L. dan Pratama, A. (2011). Struktur Dasar Anatomi Manusia. Jakarta. CV Sagung Seto.
Pujiyanto, S. (2015). Menjelajah Dunia Biologi 2 untuk Kelas XI SMA dan MA. Solo. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Syaifuddin. (2006).  Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar